
Meski pidato kenegaraan Presiden Prabowo Subianto di Gedung Nusantara, Jakarta, Jumat, belum secara gamblang menyinggung olahraga, langkah nyata pemerintah melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG) menjadi bagian penting dalam membangun generasi atlet berprestasi.
Program MBG dan CKG erat kaitannya dan sejalan dengan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang menekankan pembentukan atlet sejak usia dini hingga siap bersaing di level dunia.
Menurut dr. Andhika Raspati, SpKO, yang berpengalaman menangani atlet nasional dan menjadi bagian dari Komisi Medical and Scientific Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia), proses mencetak atlet unggul bukan sekadar menemukan bakat secara kebetulan.
Semua dimulai jauh sebelum anak-anak memasuki sekolah. Kesehatan calon ibu, gizi selama kehamilan, perawatan kehamilan yang optimal, hingga pemberian ASI eksklusif dan stimulasi tumbuh kembang anak, menjadi modal awal yang menentukan kemampuan fisik dan mental mereka di masa depan.
“Kalau bicara atlet berprestasi, semuanya harus dimulai sejak awal. Bahkan sebelum anak lahir, calon ibu harus sehat dan mendapatkan gizi optimal,” ujar dr. Andhika kepada ANTARA.
Saat anak mulai sekolah, program MBG dan CKG menjadi langkah nyata untuk mendukung pertumbuhan mereka.
Integrasi
Namun, menurut dr. Andhika, program MBG dan CKG hanya salah satu bagian dari rangkaian panjang pembinaan atlet.
Agar seorang atlet dapat bersaing di level internasional, integrasi antara gizi, olahraga, pendidikan, dan dukungan keluarga harus dilakukan secara sistematis.
Pengalaman dr. Andhika di lapangan menunjukkan banyak atlet baru menyadari pentingnya gizi dan program latihan ketika sudah remaja. Akibatnya, periode emas pembentukan fisik terlewat, sehingga potensi prestasi mereka tidak termaksimalkan.
Idealnya, ketika anak-anak sampai di Pelatnas, mereka sudah memiliki fondasi yang matang. Pelatihan pun dapat difokuskan pada pengasahan kemampuan dan strategi, bukan belajar dari nol lagi.